Jumat, 02 Desember 2011

TULISAN UNTUK AYAH...




Ayah...
ku rindu dirimu...ku rindu akan senyummu
ku rindu saat ku ingin pergi kau angkat tanganmu, kau usap rambutku, dan kau menasihati dengan kata terindahmu...
ku rindu akan doa-doa yang selalu kau panjatkan disela malam tiba
ku rindu seseorang yang membangunkan ku untuk shalat di waktu fajar
ku rindu pada saat kau masuk kamarku, dan cerita apa yang kau inginkan dan kau keluhkan
ku rindu seseorang yang selalu menasihatiku...
ku rindu padamu, pada saat hampir setiap hari kau menelepon dan menanyai, "kamu sudah makan, kapan pulang ke Jakarta?"
ku rindu pada saat ku pulang, kau langsung menghampiriku, dan memberi apa yang ku inginkan...
ku rindu akan dirimu ayah...
mungkin sampai saat ini ku belum membuat kau bangga,
mungkin sampai saat ini ku belum memenuhi keinginan mu,
memenuhi segala harapmu...
tapi ayah, yakinilah bahwa aku sangat mencintaimu...
ku ingin memberikan hal yang terindah untuk mu...
membuatmu tersenyum
tersenyum bangga karena anakmu...

_untuk ayah_

Kamis, 01 Desember 2011

PLASTIK BIODEGRADABLE SEBAGAI SOLUSI TEPAT MENGATASI MASALAH SAMPAH PLASTIK KONVENSIONAL YANG SULIT TERURAI

 PLASTIK BIODEGRADABLE SEBAGAI SOLUSI TEPAT MENGATASI MASALAH SAMPAH PLASTIK KONVENSIONAL YANG SULIT TERURAI

Mawardi Kartasasmita
Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
F34100075

Tanpa kita sadari lingkungan hidup dan bumi ini telah "terkepung" oleh sampah plastik. Jumlah sampah plastik yang besar dapat menimbulkan pencemaran dan mengancam kehidupan umat manusia. Sampah plastik dapat kita temukan dimana saja, salah satu contohnya sewaktu kita membeli gorengan di pinggir jalan. Walau gorengan yang dibeli sudah dimasukkan ke dalam bungkus kertas, pembeli akan diberi bonus kantong plastik hitam untuk menjinjing bungkus kertas sekaligus agar tangan si pembeli tidak terpapar minyak yang dikeluarkan dari gorengan.
Tidak dapat dipungkiri penggunaan plastik dan kantong plastik memang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah sampah plastik pun ikut bertambah. Data dari Deputi Pengendalian Pencemaran Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) 2007, menyebutkan, setiap individu rata-rata menghasilkan 0,8 kilogram sampah dalam satu hari di mana 15 persennya adalah plastik[1]. Dengan asumsi ada sekitar 220 juta penduduk di Indonesia, maka sampah plastik yang tertimbun mencapai 26.500 ton per hari; sedangkan jumlah timbunan sampah nasional diperkirakan mencapai 176.000 ton per hari.
Sementara data KLH 2007 menunjukkan, volume timbunan sampah di 194 kabupaten dan kota di Indonesia mencapai 666 juta liter atau setara 42 juta kilogram, di mana komposisi sampah plastik mencapai 14 persen atau 6 juta ton[2]. Berdasarkan data KLH 2008, dari total timbunan sampah nasional, jumlah sampah yang diolah dengan dikompos atau didaur ulang hampir 5 persen atau setara 12.800 ton per hari. Dari total jumlah sampah tersebut, 2 persen atau 204,16 ton per hari di antaranya adalah sampah organik "biodegradable"[3].  
Untuk menyelamatkan lingkungan dari bahaya plastik, saat ini telah dikembangkan plastik biodegradable, artinya plastik ini dapat diuraikan kembali mikroorganisme secara alami menjadi senyawa yang ramah lingkungan. Biasanya plastik konvensional berbahan dasar petroleum, gas alam, atau batu bara. Sementara plastik biodegradable terbuat dari material yang dapat diperbaharui, yaitu dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam tanaman misalnya selulosa, kolagen, kasein, protein atau lipid yang terdapat dalam hewan.
Jenis plastik biodegradable yang ada antara lain polyhidroksialkanoat (PHA) dan poli-asam amino yang berasal dari sel bakteri, polylaktida (PLA) yang merupakan modifikasi asam laktat hasil perubahan zat tepung kentang atau jagung oleh mikroorganisme, dan poliaspartat sintesis yang dapat terdegradasi. Bahan dasar plastik berasal dari selulosa bakteri, kitin, kitosan, atau tepung yang terkandung dalam tumbuhan, serta beberapa material plastik atau polimer lain yang terdapat di sel tumbuhan dan hewan.
Di beberapa negara maju, bahan plastik biodegradable sudah diproduksi secara komersial, seperti poli hidroksi alkanoat (PHA), poli e-kaprolakton (PCL), poli butilen suksinat (PBS), dan poli asam laktat (PLA)[4]. Plastik biodegradable berbahan dasar tepung dapat didegradasi bakteri pseudomonas dan bacillus memutus rantai polimer menjadi monomer-monomernya. Senyawa-senyawa hasil degradasi polimer selain menghasilkan karbon dioksida dan air, juga menghasilkan senyawa organik lain yaitu asam organik dan aldehid yang tidak berbahaya bagi lingkungan.
Plastik berbahan dasar tepung aman bagi lingkungan. Sebagai perbandingan, plastik tradisional membutuhkan waktu sekiranya 50 tahun agar dapat terdekomposisi alami, sementara plastik biodegradable dapat terdekomposisi 10 hingga 20 kali lebih cepat. Hasil degradasi plastik ini dapat digunakan sebagai makanan hewan ternak atau sebagai pupuk kompos. Plastik biodegradable yang terbakar tidak menghasilkan senyawa kimia berbahaya. Kualitas tanah akan meningkat dengan adanya plastik biodegradable, karena hasil penguraian mikroorganisme meningkatkan unsur hara dalam tanah[5]. 
Sampai saat ini, masih diteliti berapa cepat atau berapa banyak polimer biodegradable ini dapat diuraikan secara alami. Di samping itu, penambahan tepung pada pembuatan polimer biodegradable menambah biaya pembuatan plastik. Namun ini menjadi potensi yang besar di Indonesia, karena terdapat berbagai tanaman penghasil tepung seperti singkong, beras, kentang, dan tanaman lainnya. Apalagi harga umbi-umbian di Indonesia relatif rendah. Dengan memanfaatkan sebagai bahan plastik biodegradable, akan memberi nilai tambah ekonomi yang tinggi. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. Bukan tidak mungkin kelak Indonesia menjadi produsen terbesar plastik biodegradable  di dunia. 
Negara Jerman, India, Australia, Jepang, dan Amerika adalah negara yang paling intensif mengembangkan riset plastik biodegradable dan mempromosikan penggunaannya menggantikan plastik konvensional. Produk industri berbahan dasar plastik mulai menggunakan bahan biodegradable. Fujitsu, perusahaan komputer besar di Jepang telah menggunakan plastik biodegradable ini pada semua casing produknya. Komunitas internasional sepakat, penggunaan bahan polimer sintetis yang ramah lingkungan harus terus ditingkatkan.
Sampai saat ini, penggunaan plastik biodegrable di Indonesia masih belum banyak digunakan. Padahal sudah jelas potensi bahan baku pembuatan plastik biodegradable sangat besar di Indonesia. Hal ini perlu adanya dukungan dari semua pihak terutama pemerintah selaku regulator, industri kimia dan proses, serta kesadaran dari seluruh masyarakat. Harus ada kerja sama diantara banyak pihak untuk mendukung penerapan plastik biodegradable menggantikan plastik konvensional. Selain itu, diperlukannya ide-ide kreatif dari siswa, mahasiwa, dosen, maupun civitas akademika lainnya agar tercipta inovasi baru untuk menanggulangi sampah plastik yang sulit terurai dan permasalahan lingkungan lainnya. Penggunaan skala besar plastik berbahan biodegradable ini akan membantu mengurangi penggunaan minyak bumi, gas alam dan sumber mineral lain serta turut berkontribusi menyelamatkan lingkungan.

Sumber :
[1], [2] Kementerian Lingkungan Hidup, 2007. Pengelolaan Sampah Perkotaan di Indonesia, Bahan  Menteri Lingkungan Hidup dalam Pembahasan RUU tentang Pengelolaan Sampah.
[3] Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KNLH), 2008, Statistik Persampahan Indonesia. Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia
[4] LIPI. 2007. Bahan Plastik Ramah Lingkungan. http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/news/8/338-Bahan-Plastik-Ramah-Lingkungan.   (9 November 2011)
[5] Firdaus, Feris dan Anwar Chairil. Potensi Limbah Padat-cair Industri Tepung Tapioka sebagai Bahan Baku Film Plastik Biodegradabel. LOGIKA, Vol. 1, No. 2, Juli 2004. ISSN: 1410-2315

PRODUKSI BIOETANOL BERBASIS PATI BONGGOL PISANG

Mawardi Kartasasmita1, Nurul Latifah2,Yoga Prasetyo3, and Alzara Zetiara4
Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology
Bogor Agricultural University, 16680, Indonesia


ABSTRACT

Menipisnya cadangan bahan bakar fosil dan meningkatnya populasi manusia tidak sebanding dengan kebutuhan energi bagi kelangsungan hidup manusia beserta aktivitas ekonomi dan sosialnya. Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya yang dapat diperbaharui, salah satunya adalah limbah bonggol pisang. Potensi kandungan pati bonggol pisang yang besar dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar yaitu dijadikan sebagai bioetanol. Bioetanol merupakan energi terbarukan yang dapat diproduksi dari proses fermentasi gula. Bonggol pisang memiliki 76 % pati yang terkandung didalamnya. Proses pembuatan bioetanol berbasis bonggol pisang dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu ekstraksi pati bonggol pisang, pembuatan hidrolisat pati, proses fermentasi atau perubahan glukosa menjadi bioetanol dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae, dan dilanjutkan dengan destilasi bioetanol. Bioetanol dapat digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol maupun campuran bahan bakar untuk kendaraan. Bioetanol merupakan bahan bakar yang tidak mengakumulasi gas karbon dioksida (CO2) dan relatif kompetibel dengan mesin mobil berbahan bakar bensin. Bioetanol bila digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya lebih ramah lingkungan, karena nilai oktan bioetanol 92, lebih tinggi dari premium yang nilai oktannya 88, dan pertamax memiliki nilai oktan 94, hal ini berarti bioetanol memiliki tingkat pembakaran yang baik dilihat dari nilai oktannya juga mendekati pertamax. Sehingga bioethanol berbasis bonggol pisang memilki potensi pengaplikasian sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.

Keywords : bioetanol, bonggol pisang, hidrolisis, S. cereviseae, fermentasi.

Kamis, 20 Oktober 2011

PENGERTIAN AGROINDUSTRI MENURUT PANDANGAN PRIBADI SERTA CONTOH HASIL PRODUK AGROINDUSTRI

PENGERTIAN AGROINDUSTRI MENURUT PANDANGAN PRIBADI SERTA CONTOH HASIL PRODUK AGROINDUSTRI

Mawardi Kartasasmita
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Agroindustri berasal dari dua kata, yaitu agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil komoditi pertanian sebagai bahan baku utamanya. Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil komoditi pertanian sebagai bahan baku yang dapat diolah menjadi produk yang mempunyai nilai tambah serta mempunyai manfaat lebih dari hasil komoditi pertanian sebelumnya. Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan agroindustri adalah sebuah revolusi dari pengolahan hasil pertanian dengan memberikan nilai tambah untuk menyukseskan pertanian.
Pertanian terdiri dari tiga generasi, yaitu generasi yang pertama adalah pembibitan benih yang unggul dan handal. Generasi ini adalah generasi awal dunia pertanian, yang dimana dunia pertanian diawali dari pencarian bibit unggul yang dapat membuahkan hasil pertanian yang unggul pula. Generasi yang kedua adalah hasil pertanian dari budidaya. Generasi ini merupakan tindak lanjut atau hasil dari generasi pencarian bibit  unggul yang handal. Generasi yang ketiga adalah generasi barang olahan atau barang indutri. Generasi ini adalah generasi yang mulai mengolah hasil komoditi pertanian. Hasil  komoditi diolah menjadi sebuah produk yang memiliki nilai tambah dari hasil komoditi sebelamnya. Generasi ini merupakan generasi pengembangan agroindustri
Dalam agroindustri terdapat tiga basis iptek yang harus dimiliki, yaitu ilmu pertanian, ilmu teknik-teknologi, dan ilmu ekonomi manajemen. Tiga basis ilmu pengetahuan tersebut merupakan modal utama yang harus dimiliki untuk mengembangkan sebuah agroindustri. Agroindustri merupakan sub sektor yang luas yang meliputi industri hulu sektor pertanian sampai dengan industri hilir. Industri hulu adalah industri yang memproduksi hasil komoditi pertanian serta alat-alat mesin pertanian dan industri sarana produksi yang digunakan dalam proses budidaya pertanian. Sedangkan industri hilir merupakan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang yang siap dikonsumsi yang memiliki nilai tambah atau merupakan industri pascapanen dan pengolahan hasil pertanian.
Dalam kerangka pembangunan pertanian, agroindustri merupakan penggerak utama perkembangan sektor pertanian, terlebih dalam masa yang akan datang posisi pertanian merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional sehingga peranan agroindustri akan semakin besar. Dengan kata lain, dalam upaya mewujudkan sektor pertanian yang tangguh, maju dan efisien sehingga mampu menjadi leading sector dalam pembangunan nasional, harus ditunjang melalui pengembangan agroindustri, menuju agroindustri yang tangguh, maju serta efisien.
Adapun salah satu contoh dari pengembangan agroindustri adalah pengembangan komoditi kakao. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta.
Kakao sebagai komoditas perdagangan biasanya dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu kakao mulia ("edel cacao") dan kakao curah ("bulk cacao"). Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa, misal di kabupaten Jember yang dikelola oleh PTPN (Perusahaan Perkebunan Negara). Varietas penghasil kakao mulia berasal dari pemuliaan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan dikenal dari namanya yang berawalan "DR" (misalnya DR-38). Singkatan ini diambil dari singkatan nama perkebunan tempat dilakukannya seleksi (Djati Roenggo, di daerah Ungaran, Jawa Tengah). Varietas kakao mulia berpenyerbukan sendiri dan berasal dari tipe Criollo.
Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal dari varietas-varietas yang self-incompatible. Kualitas kakao curah biasanya rendah, meskipun produksinya lebih tinggi. Bukan rasa yang diutamakan tetapi biasanya kandungan lemaknya. Produk olahan kakao lainnya dapat dilihat pada pohon industri pada lampiran halaman terakhir.
Fermentasi merupakan inti dari proses pengolahan biji kakao.  Proses ini tidak hanya bertujuan untuk membebaskan biji kakao dari pulp dan mematikan biji, namun terutama juga untuk memperbaiki dan membentuk citarasa cokelat yang enak dan menyenangkan serta mengurangi rasa sepat dan pahit pada biji.  Fermentasi dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti fermentasi tumpukan, fermentasi dalam keranjang, dan fermentasi dalam kotak.  Pemilihan metodenya tergantung pada kemudahan penerapan dan memperoleh wadah fermentasi, serta ketersediaan tenaga kerja.
Fermentasi yang sempurna menentukan cita rasa biji kakao dan produk olahannya, termasuk juga karena buah yang masak dan sehat serta pengeringan yang baik. Fermentasi sempurna yang dimaksud adalah fermentasi selama 5 hari sesuai dengan penelitian Sime-Cadbury. Jika fermentasi yang dilakukan kurang atau tidak sempurna, selain citarasa khas cokelat tidak terbentuk, juga seringkali dihasilkan citarasa ikutan yang tidak dikehendaki, seperti rasa masam, pahit, kelat, sangit, dan rasa tanah.
Untuk meningkatkan nilai tambah kakao sekaligus meningkatkan pendapatan petani kakao di Bali, dilakukan beberapa strategi penelitian pasca panen. Tahap pertama adalah penelitian untuk menyiapkan sarana dan teknologi pengolahan produk primer secara kolektif (kelompok) sehingga dihasilkan peningkatan mutu biji kakao dan tahap kedua adalah penelitian lanjutan untuk mengembangkan produk sekunder kakao sehingga dapat memberikan nilai tambah lebih besar bagi petani. Produk olahan dari biji kakao yang bisa dihasilkan antara lain pasta, lemak, dan bubuk cokelat. Produk ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri makanan, farmasi, dan kosmetika.
Pasta cokelat atau cocoa mass atau cocoa paste dibuat dari biji kakao kering melalui beberapa tahapan proses sehingga biji kakao yang semula padat menjadi bentuk cair atau semicair. Pasta cokelat dapat diproses lebih lanjut menjadi lemak dan bubuk cokelat yang merupakan bahan baku pembuatan produk makanan dan minuman cokelat .
Lemak cokelat atau cocoa fat atau cocoa butter merupakan lemak nabati alami yang mempunyai sifat unik, yaitu tetap cair pada suhu di bawah titik bekunya. Lemak cokelat dikeluarkan dari pasta cokelat dengan cara dikempa atau dipres. Pasta kakao dimasukkan ke dalam alat kempa hidrolis yang memiliki dinding silinder yang diberi lubang-lubang sebagai penyaring. Cairan lemak akan keluar melewati lubang-lubang tersebut, sedangkan bungkil cokelat sebagai hasil sampingnya akan tertahan di dalam silinder.
Lemak cokelat mempunyai warna putih kekuningan dan berbau khas cokelat. Lemak cokelat mempunyai tingkat kekerasan yang berbeda pada suhu kamar, tergantung asal dan tempat tumbuh tanamannya. Lemak cokelat dari Indonesia, khususnya Sulawesi memiliki tingkat kekerasan lebih tinggi bila dibandingkan lemak cokelat dari Afrika Barat; dan sifat ini sangat disukai oleh pabrik makanan cokelat karena produk menjadi tidak mudah meleleh saat didistribusikan ke konsumen.
Bubuk cokelat atau cocoa powder diperoleh melalui proses penghalusan bungkil (cocoa cake) hasil pengempaan. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, setelah penghalusan perlu dilakukan pengayakan. Bubuk cokelat relatif sulit dihaluskan dibandingkan bubuk/tepung dari biji-bijian lain karena adanya kandungan lemak. Lemak yang tersisa di dalam bubuk mudah meleleh akibat panas gesekan pada saat dihaluskan sehingga menyebabkan komponen alat penghalus bekerja tidak optimal. Pada suhu yang lebih rendah dari 34ºC, lemak menjadi tidak stabil menyebabkan bubuk menggumpal dan membentuk bongkahan (lump). Berikut lampiran pohon industry dari buah kakao :

LAMPIRAN

Gambar 1. Pohon industri buah kakao (Theobroma cacao)



Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia.

Minggu, 03 Juli 2011

Bulan Juli Pun Datang Kembali

Alhamdulillah bulan juli ini datang kembali... (sambil jingkrak-jingkrakan hhe)

tidak terasa detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun terasa sangat cepat sekali...
rasanya baru kemarin bulan juli 2010, dan sekarang sudah bulan juli 2011 saja
hmmm...
bulan introfeksi diri itupun datang...
bulan introfeksi bagi diriku adalah bulan ini
yaitu bulan juli...

juli pun datang menghampiri lagi
bulan dimana ku harus mengecek diriku kembali
mengecek perjalanan diriku selama satu tahun kemarin
apakah aku bermanfaat untuk orang lain
atau mungkin aku banyak menzolimi orang lain

ya... aku harus introfeksi (pikirku)
agar ditahun berikutnya aku menjadi manusia yg selalu bersyukur
atas nikmat yang di beri oleh-Nya
agar aku juga bisa menjadi khalifah di bumi Allah ini...
tentunya khalifah yang berarti dan berguna bagi diriku, orangtuaku, saudaraku, sahabatku, agamaku, bangsa, dan negara ini...
Amiiin...

Senin, 16 Mei 2011

Kisah yang Terekam dalam Lensa



...Dalam untaian hari penuh makna...

-B07-B08-

Sebiru Hari Ini

Edcoustic

Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hati kita, bersama di sini

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan ilahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terpisah
Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang
Semoga kita bertemu kembali
Kenang masa indah kita
Sebiru hari ini

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

Selasa, 26 April 2011

SOCIALIZATION PARACHUTE FOLDING BAG AS AN ALTERNATIVE FOR REDUCE PLASTIC BAG WASTE IN BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY


Mawardi Kartasasmita
Department of Agroindustrial Technology
Bogor Agricultural University

Plastic waste is one type of hazardous waste to the environment because it is difficult to decompose by the soil and can cause damage to ecosystems. The plastic waste may take tens or even hundreds of years to decompose by the soil. However, the problem today is the increasing amount of plastic and uncontrolled resulting in a total volume of plastic waste increases. This is a very serious problem. If not addressed well, it will damage the ecosystem environment.
The use of plastic bags that are not controlled, also occurred within the Bogor Agriculture University. Not only on campus or institution alone but the use of plastic bags that are not controlled in the campus or other educational institution in Indonesia. Assume, if every student to produce one plastic bag per day at the shop, within one generation there are approximately 3200 students plastics produced each day. Not yet added another period of generations, then there are approximately 12800 plastic bags are produced each day. This amount is not small numbers, if not solved quickly, the damage to the environment and the ecosystem that the greater can occur. One that can suppress the amount of waste plastic bags is to change the habits of students and campus residents IPB which use plastic bags when shopping. Habits changed with the use of plastic bags requires that students and residents IPB using parachute material folding bags as shopping bags. The program is conducted at IPB campus environment in a way to socialize the use of parachute cloth folding bag to all students of IPB. Can be used in shopping bags in the cafeteria, stalls, minimarket, and cooperative in  the neighborhood of IPB. This program can suppress a significant amount in a plastic bag usage in the neighborhood of IPB. Even if this program can be implemented well, it can eliminate the use of plastic bags in the campus environment IPB.
Folding bag parachute material was obtained by students at the time of re-registration of new students at IPB and began to enter the faculty and departments on the second level. This bag made of parachute material that makes it easy to be folded into small pieces for easy to carry in the activity. Every student and campus residents must wear a parachute material folding bag in every shop in the cafeteria and mini market in the area IPB.
This program works with the rector, faculty, departments, student executive, minimarket, cooperative and canteen in the environment, Bogor Agricultural University. The gift bag design and implementation of this program are:
1.      1. Each student was given a bag folding parachute material, amounting to 2, ie for the shopping bags of food    or beverages, and goods that contain hazardous chemicals.
2.      2. Given at the new admissions, as well as increases in the rates.
3.      3. Socialization to all citizens and students of IPB to use folding bag parachute material.
4.     4. Coordinate with the rector, faculty, department, executive students, mini, cooperatives, and the canteen to cooperate in the implementation of this program. such cooperation in terms of socialization and procurement of materials folding bag parachute.

Budget spent per student and resident of IPB for two bags is Rp. 10,000, -/people. The process of socialization of the program is conducted by the students and the campus in order to properly socialized. If this plan can be followed by all universities and institutions in Indonesia, it is possible we can reduce plastic bag usage by 50% in Indonesia and avoid the environmental destruction of ecosystems.