Kamis, 17 Maret 2011

Moment by ‘Nekad’ - Cerita Pulau Pramuka

Moment by ‘Nekad’ - Cerita Pulau Pramuka

           Ini adalah pengakuan dari seorang ketua kir bernama mimi atau mawardi atau ses mita (biarkan lidah anda yang memilih). Dia mengaku kalau selama ini dia adalah seorang laki-laki sejati dan memang benar dia lelaki. Setelah bertahun-tahun mengadakan penelitian tentang apa statusnya, dia sangat puas mendapatkan dirinya seorang laki-laki sejati.

           Tapi tunggu…! Bukan pengakuan seperti itu yang akan dibahas di sini. Melainkan pengakuan dari sebuah kebodohan pribadi yang membuat segenap pengurus KIR terdampar di pulau seribu. Bermula dari Wisnu sang ketua KOLAM (Kegiatan Observasi Alam) ke pulau Seribu. Cowok berbadan gempal ini menginginkan acara KOLAM dapat berjalan dengan sukses dan oleh sebab itu pada tanggal 9 April 2009 lalu, ia menjalankan niatnya untuk survey kapal. Tentunya dia tidak sendiri, so pasti bersama mimi si ketua KIR dan beberapa anggota KIR ceria lainnya yang terdiri dari Raihan, Icha, Lia, dan Fada, serta kakak kelas yang saat itu menjadi kakak panutan mereka semua, ka imam (wew!).

            Setelah menempuh perjalan ke muara angke, entah kenapa rencana yang awalnya hanya untuk survey kapal berubah. Dengan wajah lugunya, Wisnu mengatakan “Sekalian aja ke pulau seribu buat survey keseluruhan. Jadi nanti biar nggak usah bolak-balik dan nggak perlu ngabisin biaya, bla… bla… bla… “. Tepatnya saat di Dermaga Muara Angke, terjadilah perang batin dalam hati masing-masing anggota KIR ceria yang wujudnya memang ditakdirkan berada di sana. Mereka seakan ada di dalam dilemma besar setelah kata-kata mutiara itu mengalir dengan derasnya. Ikut ke pulau seribu atau tidak. Berbagai alasan yang dilontarkan dari dalam benak mereka. Seperti Raihan yang tidak tega meninggalkan cuciannya sendiri di rumah.
            “Yah, Wis… nggak bisa gitu, jangan seenaknya gitu lo ngeluarin pendapat kalo mau ke Pulau Seribu. Gue ada cucian nih di rumah!” kata Raihan memasang muka melasnya.

Alasan yang dikeluarkan Raihan itu, membuat anggota KIR ceria yang lain merasa sangat iba. Karena mereka juga dapat merasakan betapa besar cintanya Raihan terhadap cucian-cuciannya. Namun, mau bagaimana lagi, tidak mungkin juga membiarkan Wisnu mengembara sendiri ke Pulau Seribu. Bisa-bisa si Wisnu hilang di pulau orang lagi!

Lain halnya dengan alasan Mimi si ketua KIR yang bijaksana dan menjadi panutan bagi anggota KIR yang lain.
            “Yah, gue nggak bisa ikut kayaknya deh. Gue punya darah tinggi… terus pasti mama papa gue nggak bakal ngebolehin.” Kata Mimi.
            “?????”

Darah tinggi – Pulau seribu, nggak nyambung sama sekali. Alasan Mimi seperti itu otomatis menghapus sosok bijaksana dari dalam dirinya. Semua anggota KIR yang lain hanya bisa menatap penuh kenistaan pada dirinya. Malah hampir ingin meludahi mukanya, betapa menyesalnya mereka menganggap Mimi adalah sosok penuh bijaksana.
            “Ya udeh ye, kalo mau pulang, pulang aja. Biar gue sendiri yang ke pulau seribu”. Kata Wisnu sambil meloncat ke atas kapal.
            “Wisnu, tapi kita harus bareng-bareng, masa lo sendiri..” Kata Icha juga sambil meloncat ke atas kapal. Otomatis semua anggota KIR ceria lain juga ikut meloncat dan berlayarlah mereka semua ke pulau target.

            Di atas kapal yang belum berjalan masih terjadi  pro-kontra. Si Fada belum meminta izin kepada orang tuanya dan Raihan masih mengkhawatirkan cucian-cuciannya.

            Selama di kapal, mereka berjuang untuk bertahan di tengah-tengah lautan dengan iringan ombak yang tingginya hingga mencapai 4 meter (lebaii). Bermodal uang sedikit, satu pakaian (ya yang hanya lekat di badan mereka itulah), bahkan dengan pengetahuan yang minim tentang Pulau Seribu. Mereka nekad pergi ke Pulau Seribu hanya untuk melakukan survey tanpa rencana sebelumnya. Sungguh tragis saudara-saudara.

Raihan pun bergeming. Hatinya seperti menjerit “Yah cucian gue, ya ampun bau deh..”. para anggota KIR lain hanya berusaha dan mencoba untuk menghiburnya. Tapi Raihan masih nampak khawatir. Tiba-tiga ia ingat satu hal.
            “Sudahlah Raihan, apalagi sih masalahnya?” Tanya seorang anggota KIR.
            “Masalahnya… masalahnya gue baru inget, gue baru inget kalo…”
            “Apaan??” anggota KIR lain semakin mendekat.
            “…kalo gue belom mandi. Gue lupa tadi gue ke sekolah belom sempet mandi. Sebenernya gue nggak niat ikut ginian. Tapi gue tergiur. Ya ampun gue baru inget…”
            “Hah….???”

Setelah mendengar jawaban Raihan, rasanya para anggota KIR lain ingin membuangnya ke laut. Tapi mereka segera mengurungkan niat mereka karena alasan Hak Asasi Kehewanan. Mereka takut laut akan tercemar karena bau tubuhnya dan hewan laut di dalamnya akan mati. Jadinya, selama di kapal, Raihan hanya di intimidasi dan diam tanpa kata.

Created by : Kisti Meryant Valdez
Editor : Haerani

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Namun, usut punya usut karena moment nekad by KIR ceria kali ini ternyata kami KIR SMA 31 Jakarta bisa menjalin kerjasama yang baik dengan KIR SMA 69 di Pulau Seribu. Semoga ini menjadi gerbang terbukanya jalinan kerjasama antar KIR 31 dengan KIR SMA lainnya. Semoga. (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar